Jika kita main ke kota kudus pasti yang terbayang di otak kita adalah tembakau atau rokok. Well, mungkin tepat sekali. Karena di kota ini terdapat ratusan pabrik rokok dari yang levelnya home industry sampai pada taraf yang benar-benar industri besar. Contohnya adalah PT. Djarum Kudus Tbk. Kita semua pasti suadah tahu dan dalam kepal kita sudah ter"mainsite" tentang rokok tersebutm karena iklannya dapat dengan mudah kita jumpai.
Kudus adalah kota kecil yang mungkin luasnya hampir sama dengan Singapura atau Batam. Selain rokok juga terdapat warisan budaya yang masih hidup "living herutage" antara lain kuliner. kita bisa menjumpai soto Kudus dan juga Lentog Tanjung, serta tak ketinggalan Jenang Kudusnya yang telah mendunia dan "ngepop" di telinga khalayak ramai.
Selain Rokok dan aneka warisan kuliner yang menjadikan ciri khas kota tersebut, ternyata masih tersimpan satu tinggalan kebudayaan yang tak kalah dalam nilai kebudayaannya, yaitu Rumah Tradisional Kudus.
Rumah tradisional Kudus memiliki karakteristik yang unik sekali bila kita membandingkan dengan "rumah jawa" kebanyakan. Jika kita melihat rumah Tradisional yang berada di Jogjakarta kita bisa berpendapat bahwa rumah yang satu ini berbeda dan agak lain.
Sejarah lahirnya rumah tradisional Kudus tersebut erat kaitannya dengan letak geografis dan kondisi historis dari kota ini. Letak kota Kudus yang berada di pesisir utara Pulau Jawa mendorong terbukany interaksi yang lebih kompleks dengan budaya yang datang dari luar. Munculnya rumah tardional kudus sangat terkait dengan perkembangan kota tersebut pada era Wali Songo yang pada saat itu (abad 14-15 M), terdapat salah seorang anggota dari Wali Songo yang bernama Syekh Ja'far Shadiq yang bermukim di Kudus, tepatnya di wilayah Kudus Kulon.
Perkemabngan kota dan pemukiman yang sangat pesat, mebuat wilayah tersebut tidak hanya dihuni oleh orang lokal saja melainkan sudah terdiri dari beberapa etnis. Antara lain adalah etnis Jawa, China, dan Arab yang dominan. Alhasil Akulturasi kebudayaanpun terjadi pada elemen kehidupan yang ada pada masa tersebut. Adanya rumah atau tempat tinggalpun tak terelakkan dari adanya proses akulturasi tersebut.
Kita bisa menjumpai berbagi ornamen arsitektur yang terdapat di rumah tradisional Kudus, mulai dari ukiran, arsitekturalnya, dan juga fungsi ruang yang telah mengalami akulturasi kebudayaan. Adanya ukiran naga dapat dilihat bahwa binatang mitologi tersebut bukan dari Jawa melainkan dari China, dan juga adanya motif ukiran sulur-suluran adalah pengaruh dari perkembangan masuknya Islam.
Jadik ita bisa melihat dan belajar dari berbagai macam kearifan lkal yang telah terbangun lebih dari 5 abad yang lalu dengan melihat bangunan yang berupa rumah tradisonal Kudus yang terkandung berbagai macam makna simbolis. Dengan memperhatikan berbagi macam fenomena yang terkait dengan kearifan lokal yang telah dibangun oleh nenek moyang kita , alahngkah baiknya jika kita bisa belajar dai masa lampau untuk mempelajari masa depan
1 komentar:
mas imam ini kalo sempat membuat tulisan seperti ini pada blog, mengapa tidak sekalian saja dituangkan pada kertas-kertas dengan judul "skripsi"???
Posting Komentar